Hai… ini kisahku. Kisahku menemukan sesuatu yang baru dalam diriku yang
aku pun baru menyadarinya. tapi sebelumnya, perkenalkan namaku ‘Pelangi’ ini
kisahku, mari kita mulai....
Aku adalah anak perempuan biasa yang tumbuh dengan biasa, Namun
dengan kasih sayang yang luar biasa dari orang tuaku.
Pagi ini aku menjalani rutinitas pagiku yakni berangkat kuliah. Ditengah
merapikan lengan kemeja, aku meraba lengan kanan atas ku yang terdapat bentol
kecil seperti digigit nyamuk. Aku merabanya yang membuatku mengingat kapan dan
bagaimana aku mendapatkan bentol tersebut.
Aku mendapati bentol itu ada semenjak aku bangun tidur sekitar 15
tahun yang lalu. Saat itu aku masih duduk di taman kanak-kanak, aku tak tahu
bagaimana bentol itu tiba-tiba saja ada di lengan ku sampai sekarang. Bentol
yang sama seperti digigit nyamuk tapi tidak hilang sampai sekarang, tidak
bertambah besar, tapi sejauh ini
gatalnya tidak mengganggu.
Aku terus berusaha mengingat
bagaimana aku mendapatkan bentol ini di lenganku. Aku terpaku pada malam dimana
sebelum aku mendapatkan bentol ini. Malam itu aku sedang bermain dengan sepupu
perempuanku, dia 1 tahun lebih tua daripada aku meski kita masih anak-anak pada
saat itu, sepupuku ini sudah memiliki sifat jahat. Dia selalu bersikap kejam
padaku jika orang tuaku tidak ada disekitar kita, dia mengambil semua mainanku.
Kemudian saat orang tuaku datang, dia akan sangat manis dan bersikap layaknya
seorang kakak untukku. Ingin rasanya aku jujur pada orang tuaku bahwa dia itu
jahat dan tak semanis itu. Dia akan berpura-pura teraniaya olehku di depan
kakek -nenek kami namun kakek-nenek akan terus memanjakan ku tak perduli
seberapa keras dia berusaha mau fitnahku. dan hal itulah yang membuat dia
semakin membenciku sampai sekarang. Aku heran kenapa anak kecil seperti itu
bisa jahat padahal anak kecil itu lugu dan polos namun tidak dengan sepupuku
entahlah dari mana dia mendapatkan sifat itu.
Malam itu, saat aku bermain bersama
dengan sepupuku itu. kita bermain boneka hewan yang kemudian dia rebut
boneka itu dariku. Aku kesal, Aku berlari keluar pintu memandang ke
tengah gelapnya malam. Aku berteriak “AARGGGGGHH!!!” kemudian pingsan. Dan
esok paginya, aku mendapatkan bentol itu. Aku tak mengerti akankah itu ada
hubungannya tentang bentol itu dengan pingsan yang aku alami. Namun, Yang jelas Sampai
sekarang aku tidak ingat kenapa aku menjerit hingga Aku pingsan. Apa yang
terjadi? Apa yang aku lihat?.
“Kriiiiigggggggggg!!!”
Suara handphone-ku
membuyarkan lamunanku. ku angkat telepon itu dan kemudian terdengar suara.
“Ela, lama banget sih lu? Buruan! jamuran nih gue nungguin lu. Inget!
ini kelas pak Radit lho. jangan telat, kan lu tahu dia galak, buruan! gua
tungguin depan kosan lu nih.“
Ya, aku ngekos karena tidak tinggal bersama orang tuaku semenjak
kuliah. Omelan panjang itu meluncur bebas dari speaker telefonku tersebut.
“Iya iya ini gue udah kelar. gue keluar sekarang” jawabku sambil
berjalan keluar pintu.
“lama amat sih lu? keluar juga gitu gitu aja muka lu” manusia yang
berceloteh di speaker kini telah kulihat wujudnya.
“Terus muka gue kudu gimana? Kudu mirip Bella hadid? Kendall Jenner?
Cara Delevigne? atau Selena gomez?”
“ jeeeuuh…. anak alay! ya udah buruan. entar kita telat nih Tiara
sama Vanny udah nungguin kita di tempat biasa”
“ iya iya iya sorry deh, yaelah jangan ngambek dong Lia sayang”
candaku.
“ dihhh najis Jibang (jijik banget) nggak usah sok manis deh lu”
kemudian kita tertawa bersama sambil menuju tempat teman kami yang
sudah menunggu.
Lia, Tiara, Dan Vanny adalah sahabatku. ada juga Ritri, Lana, Tiwi,
Ani dan Kina. Kami kuliah ditempat yang sama, satu jurusan bahkan satu kelas.
Mereka sahabat-sahabat yang mewarnai hari-hariku semenjak kuliah. Entah
bagaimana rasanya kuliah tanpa mereka, pasti hampa. Mereka ber-8
memenuhi ekspektasi ku terhadap sebuah persahabatan mereka memenuhi sebagian
dari hatiku.
***
Di kantin kampus, tempat favorit kita untuk mengisi waktu setelah
istirahat dan menunggu dari mata kuliah satu ke mata kuliah yang lainnya. Di
tengah-tengah tawa, tanganku terasa gatal tepat di bentol itu aku menggaruk nya.
meski tidak terlalu hebat tapi rasa gatal nya sudah cukup mengganggu.
“Gatel mulu kayaknya tuh lengan La?” ujar tiara.
“ iya nih, nggak tahu nih lagi gatel. biasanya enggak kok.”
“ emang bentol nya makin parah?” tanya tiara lagi.
“ nggak kok segitu segitu aja” tukasku.
“ bentol apaan?” tanya lana.
“Bentol di lengannya si Ela. katanya sih udah berapa tahun yang lalu
tapi dia sendiri nggak tahu kenapa bisa bentol “ Lia mencoba menjelaskan
“kok gue nggak tahu? “ ucap Lana sambil menyerngitkan dahi
“ gue juga nggak tahu kok”
“ gue juga gue juga”
“hemm gue juga” respon Ritri, Ani dan Kina susul menyusul.
“Ya gue cuma bilang sama Tiara , Lia sama Vanny aja. waktu itu
nginap di rumah Tiara, itu juga karena tiara yang nanya dulu. lagian nggak
penting juga lah bentol doang ini.” jelasku.
“ jangan disepelein tau” tiba-tiba ani nimbrung.
“ tapi itu nggak membesar atau apa gitu? takutnya gitu kan?” tanya
Ritri khawatir.
Seketika wajah mereka menunggu jawabanku
“enggak kok dari dulu segitu segitu aja kok “
“jangan-jangan bekas imunisasi dulu kali” jawab tiwi menduga duga
dengan asal.
“ya kali wi, jangan ngaco! diimunisasi itu kan udah jadi jaman kapan
keleuus ( maksudnya Kali // Si Kina Anak gaul )” respon Kina kesal.
Kemudian kami tertawa.
“eh tapi aneh juga ya kalau udah belasan tahun masih belum hilang juga
tuh bentol. nggak kepikiran gitu?” Lana bertanya dengan serius.
“ udahlah… nggak usah bahas bentol gue ke asikan entar doi diomongin.
nggak papa kok Insya Allah. ya udah yuk masuk kelas. udah waktunya kelas pak
Radit. nanti kita dimarahin lagi. telat melulu”
ajakku.
“Hahaha. Diomelin mulu tapi nilai kita kan bagus nggak usah
khawatir” Lia berceloteh.
“nggak boleh gitu! kita harus tetap mengikuti peraturan. Kasian kan
kalau mahasiswinya bandel-bandel kayak kita. gimana coba?” Kina berusaha
meluruskan pemikiran Lia.
“Yaelah Na, patuh-patuh amat sama peraturan” kata Tiwi.
Kina memang yang paling patuh peraturan di antara kita dan dia
selalu bertentangan dengan Lia. Aku pribadi sih kadang patuh, kadang tidak. Tergantung
mood ku dan kali ini aku ingin patuh.
“Yaudah Hayu. sekali-kali kita jadi anak baik. Udah semester tua
nih” ajakku.
“ Oke deh Oke deh Ayo”
Di tengah-tengah mata kuliah itu aku berpikir kata-kata
teman-temanku mengenai bentol ini. Bentol yang ada di lenganku, mereka benar. Bagaimana
bisa bentol ini bertahun-tahun menemaniku? Bentol ini dari mana? Di kepalaku
mulai terbit pertanyaan-pertanyaan yang aku juga tak bisa menemukan jawabannya.
“Pelangi! Pelangi! Pelangi?!”
“ eh iya pak?” pak Radit menyadarkan lamunanku.
“ kamu ngelamun ya? nggak memperhatikan?” tanyanya curiga.
“eh enggak kok pak. saya lagi nggak enak badan. agak pusing” jawab
ku berbohong.
“ oh yasudah apa kamu mau ke klinik” pak Radit bertanya dengan nada
yang sedikit khawatir.
“Enggak kok pak. saya masih sanggup. saya akan coba memperhatikan
bapak.” aku merasa tidak enak hati melamun di tengah mata kuliahnya.
“ heeh emang lu lagi nggak enak badan? Lah perasaan tadi baik-baik
aja?” Vanny bertanya sambil menyikut ku yang duduk di sebelahnya.
“ ah enggak sih. gue lagi ngelamun aja tadi”
“ yeuuh .. Dasar lu!” balesnya sambil setengah mendorongku.
Setelah aku menoleh ke samping aku melihat wajah-wajah teman-temanku
seakan mereka bertanya “elu kenapa?” aku jawab ekspresi mereka dengan ekspresi
nyengir kuda tanpa kata.
***
Duduk di convinience store
dekat kampus yang menjadi tempat favorit kami. Tinggalah aku,Lana, Ritri, dan
Lia disitu.
“ Si Tiwi sama ani kemana sih? jadi mau shopping mereka?” tanya Lana.
“ Katanya sih gitu. kan si Tiwi mau kondangan terus Ani lihat
diskon-an baju yang dia suka. yaudahlah berangkatlah mereka beli.” Ritri
menjelaskan ke absenan Tiwi dan Ani.
“ kalau Tiara ke mana? “ Tanya lia.
“ Yaelah kayak nggak tahu dia aja lu. Kan dia anak rumahan udah ditelepon-in sama bokap nya” Lana menjelaskan dengan tetap mengoleskan
lipstik merah mencolok ke bibirnya.
“ iya sih” ujar Lia akhirnya.
“Eh lu ngapain La? “ tanya Ritri
menggangguku yang sedang sibuk membaca.
“ ini lagi baca artikel gue. Ternyata saat ini lagi fenomena Eta Aquarids. pengen liat deh nanti
malem” jelasku kepada Ritri.
“ apaan tuh fenomena Eta
Aquarids?” Tanyanya Dengan
keingintahuan nya.
“ eta Aquarids itu adalah
hujan meteor yang terjadi dari serpihan komet Halley. Eta Aquarids itu ada selama antara bulan april – mei. Gue
dari dulu mau lihat fenomena itu Cuma males bangun jam setengah tiga pagi
hahaha. malam ini gue mau lihat ah. lihat yuk temenin gue!” aku memohon agar
mereka ada yang menemaniku melihat Eta
aquarids nanti malam.
“ ih males!!!!” jawab mereka
serempak. Sungguh respon yang mengecewakan yang artinya aku akan melihat eta Aquarids sendiri.
“Lagian ya, La. kenapa sih lu
obses banget sama hal-hal begituan? nggak sekalian aja lu jadi ilmuwan kan lu
suka tuh yang berbau science. Fisika,
kimia. kenapa nggak kuliah jurusan itu aja?” Tanya Ritri Penasaran.
“hemm gue pengen kuliah
Kosmologi sebenarnya, Tri. Tapi di
indonesia nggak ada. Kalaupun ada belum
tentu juga sih gue mau. nanti gue nggak bakal ketemu kalian dong hahaha “ jawabku
“ jeuuhhh , perez lu” balasnya.
“Ye serius. Lagian ya, gue Cuma tertarik aja. waktu SMA juga gue
suka sama pelajaran fisika, kimia tapi nggak kepikiran buat jadi ilmuwan. Gue
juga suka astronomi dari kecil banget malah, Dari SD. tapi gue nggak pengen
jadi astronot meskipun suka liatin perkembangan kabar bhakan baca berita Luar
angkasa gitu, Baca Novel Sci-fi. para
astronom terlalu serius. Gue nggak serius itu orangnya. justru Lu tahu kan gue
suka ngebanyol.” jelasku panjang lebar.
“ tapi kenapa lu suka?” tanya Lana yang selesai dengan touch up make up nya.
“ ya entahlah. gue suka aja. gue suka mempelajarinya aja. gue hobi
mungkin. ya gue pelajari itu untuk gue sendiri. untuk rasa ingin tahu yang gue
punya.” Setelah Aku pikir memang itulah alasanku. Aku sangat menyukai hal-hal
bebau Science ya karena aku
menyukainya. Memenuhi Keingin tahuan di otakku.
“Oh gitu” Jawab Lana yang sudah kembali melihat cermin untuk melihat
bibirnya yang merah merona.
“ Jadi kalian nggak ada yang mau nemenin gue nih? nginep di kosan
gue liat Eta aquarids?”
“enggak!!!” jawab mereka
serentak.
“oke fine” jawab ku mengalah.
***
Sebelum tidur, aku Memasang alarm pukul jam 02.30 dini hari untuk
melihat Eta aquarids dari balkon kosanku.
“KKKRRRIIINGGGG!!!!!”
Alarm ku berbunyi. tepat pukul setengah tiga pagi. Aku terjaga,
bersiap keluar kamar. Namun, aku merasakan gatal yang sangat hebat di lenganku
tepat di bentol itu. gatal yang terus menjalar keseluruh tanganku. membuat Aku
gemetar dan kemudian.
“BRUUUUUUKKKKKK!” “PRYAAARRR!!!!!”
kemudian gelap.
Bersambung…… ke SERPIHAN KE-2 ! Tunggu minggu depan ya.
Catatan Saya : Hai teman -teman ini pertama kalinya saya publikasikan Cerita Beruntun Saya. Saya harap teman - teman suka. Kalian Boleh berinteraksi, membuat praduga, saran, dan pertanyaan dan menjadi bagian dari kehidupann Pelangi. Dia Butuh Kalian Untuk Menyemangati Hidupnya. Terimakasih